Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, baru-baru ini memberikan peringatan tajam kepada dunia, khususnya terhadap Amerika Serikat. Dalam pernyataannya, ia menegaskan bahwa setiap tindakan agresi dari AS akan membawa konsekuensi serius bagi negara tersebut. Ia menekankan bahwa Iran tidak akan menerima usulan perdamaian yang datang dengan kondisi kekerasan.
Di sisi lain, banyak negara mulai mempertimbangkan posisi mereka dalam situasi global yang semakin tegang ini. Salah satunya adalah Fiji, sebuah negara kepulauan yang dikenal dengan strategi perdamaian-nya. Dalam Indeks Perdamaian Global, Fiji menduduki peringkat kedua, menunjukkan komitmennya untuk menjaga stabilitas dunia. Negara ini telah lama dikenal netral dalam konflik, menjadi tempat yang aman di sela-sela ketegangan yang terus meningkat, khususnya di Timur Tengah.
Dengan ketegangan yang muncul karena ancaman Perang Dunia Ketiga (PD3), banyak orang mulai mencari destinasi yang lebih aman. Chili, misalnya, merupakan negara yang bisa dijadikan pilihan dengan kekayaan sumber daya alamnya. Negara ini membentang lebih dari 4.000 mil dan berpotensi menjadi penghubung strategis antara Moskow dan Madrid. Dengan tanah yang subur dan akses ke air tawar, Chili memiliki prospek yang kuat untuk mencapai swasembada, yang tentunya sangat diharapkan di masa sulit seperti ini.
| Negara | Peringkat Perdamaian Global | Keunggulan |
|---|---|---|
| Fiji | Kedua | Netralitas dalam konflik |
| Chili | -/ | Kekayaan sumber daya alam |
| Islandia | -/ | Terkenal damai, tidak terlibat perang |
| Swiss | -/ | Dikenal netral dan memiliki perlindungan alami |
| Greenland | -/ | Lokasi terpencil dan populasi kecil |
Dalam situasi yang meresahkan ini, Islandia juga menjadi sorotan. Terletak di utara, negara ini dikenal sebagai salah satu tempat paling damai di dunia dan belum pernah terlibat dalam perang. Begitu pun dengan Tuvalu, sebuah pulau kecil dengan populasi hanya 11.000 jiwa. Dengan sumber daya alam yang terbatas dan infrastruktur lemah, pulau ini menjadi pilihan target yang tidak menarik bagi calon agresor.
Namun, tidak hanya di belahan barat yang hadir dalam pikiran orang-orang. South Africa, dengan infrastruktur modern dan berlimpahnya sumber daya alam, juga menjadi negara yang diperhitungkan. Negara ini memiliki potensi besar untuk memenuhi kebutuhan pangan meski dalam situasi ekstrem seperti dampak nuklir sekalipun.
Dalam konteks ini, Indonesia pun turut mengambil suara. Negara yang telah lama menegaskan kebijakan luar negeri bebas dan aktif ini, di bawah kepemimpinan yang berfokus pada promosi perdamaian global, menunjukkan ketidakberpihakannya dalam konflik internasional. Sejak masa Sukarno, Indonesia telah memiliki komitmen kuat dalam menyebarkan nilai-nilai perdamaian.
Dengan semua perkembangan ini, penting bagi kita untuk tetap waspada dan bijak dalam memilih di mana kita akan berada di tengah ketegangan global yang kian meningkat. Berbagai negara yang menawarkan perlindungan dan stabilitas mungkin menjadi pilihan yang lebih menarik untuk masa depan yang lebih aman.
