Di tengah ketegangan yang semakin meningkat, situasi di Jalur Gaza semakin memprihatinkan. Sekitar 90 persen warga Gaza kini terpaksa kehilangan tempat tinggal mereka. Di bawah bayang-bayang blokade yang ketat oleh Israel, kehidupan sehari-hari semakin sulit bagi warga Palestina yang saat ini sangat bergantung pada bantuan internasional.
Blokade ini diberlakukan Israel setelah mereka menghancurkan sebagian besar infrastruktur di Gaza. Dampak dari kebijakan ini sangat terasa, terutama bagi kurang lebih 2,3 juta orang yang tinggal di kawasan tersebut. Kini, banyak dari mereka yang mengalami kekurangan pangan, air bersih, dan obat-obatan, menjadikan kondisi kesehatan mereka semakin rentan.
Pada Selasa, 17 Juni 2025, di Beit Lahia, Gaza utara, terlihat pemandangan yang memilukan. Warga Palestina berbondong-bondong berkumpul, sabar menanti giliran untuk menerima pasokan bantuan yang sangat dibutuhkan. Momen ini bukan hanya sekadar mengambil bantuan, tetapi juga menggambarkan harapan di tengah kesulitan yang melanda. Mereka tahu betul bahwa bantuan yang diterima adalah tumpuan hidup sehari-hari mereka.
Sejak 2 Maret lalu, Israel memutuskan untuk memblokir masuknya pasokan kemanusiaan, makanan, dan obat-obatan ke Gaza. Akibatnya, banyak keluarga terpaksa berbagi sisa-sisa makanan yang ada, sementara anak-anak yang seharusnya mendapatkan pendidikan, terpaksa menanggalkan impian mereka di tengah ketidakpastian.
Selama masa sulit ini, komunitas internasional telah berusaha keras untuk memberikan bantuan. Namun, tantangan untuk mencapai orang-orang yang membutuhkan tetap menjadi halangan. Jumlah bantuan yang dikirimkan sering kali tidak mencukupi kebutuhan mendasar, membuat situasi semakin mendesak.
Berikut adalah rincian mengenai situasi di Gaza saat ini:
| Kondisi | Data |
|---|---|
| Warga kehilangan tempat tinggal | 90% |
| Jumlah penduduk di Gaza | 2,3 juta |
| Akses ke makanan dan obat-obatan | Terbatas |
Dengan semua penderitaan ini, harapan tentunya masih ada. Warga Gaza terus berjuang, bahkan dalam kondisi yang paling sulit sekalipun. Dukungan dari komunitas internasional sangat diharapkan agar mereka bisa kembali menemukan jalan menuju kehidupan yang lebih baik.
